Dialog : Keragaman Tari Tradisional

Menikmati sore hari di teras dirumah, aku duduk di kursi sambil memkan kue buatan mamah. Tiba-tiba aku tertarik untuk menonton video di ponsel tentang tari tradisional. Aku memilih secara acak video, ddan setelah berpikir aku memilih satu video dari sekian banyak yang ada, ternyata pilihanku jatuh pada video tarian Jaipong. 

Divideo itu memperlihatkan betapa dinamisnya Tari Jaipong, selain dinamis tariannya, yang membuat aku tertarik adalah kostum penarinya, yang terlihat semarak dengan paduan warna yang berani, yang siapapun yang menontnya berdecik kagum.

"Wahhh, keren banget tariannya!"ucapku kagum.

Aku mencoba untuk memperagakan taarian yang aku liat tadi.

Ternyata tak semudah seperti yang kelihatanya, baru sebentar memperagakan badan ku sudah kelelahan.

"Hahh, cape sekali ya, padahal gerakannya belum tentu benar."

Adikku yang baru pulang sekolah, tiiba-tiba datang dan menertawakan ku.

"Teteh ngapain, nari apa itu teh?" tanya adikku dengan logat sundanya.

"Ini lagi nari tari tradisional, Tari Jaipong" jawabku.

Aku memperlihatkan video itu ke adikku, sambil menunjuk.

"Lihat, ini keren kan?"

"Iya teh keren, aku jadi ingin bisa nari tarian itu!"

Adikku mencoba tariannya sambil melihat video itu, antusiasnya untuk belajar tari tradisional begitu bagus.

"Vin, sini kita coba bareng-bareng yah!"ajakku sambil berdiri.

"Ayo teh!!" sahutnya.

Kami mencoba memulai dengan gerakan tangan, lalu kaki mengikuti tempo. Dan kamipun saling tertawa, karena kami kerepotan mengikuti tempo lainnya yang cepat dengan gerakan yang rumit.

Musik dan Tari Buat Anak jadi “Genius”

                                                                                              Kabare.id

"Wah, teh tariannya susah juga yah!" katanya.

"Memang begitu vin, pasti penarinya berlatih dengan sangat keras ya."

Setelah selesai kami sedikit beristirahat, ternyata menari cukup membuat kami berkeringat dan lelah. Setelah itu kami baru sadar bahwa banyak sekali tari tradisional yang amat sangat beragam, dari gerakan yang paling sederhana sampai rumit, dari yang temponya lambat sampai cepat, dari yang syahdu sampai ceria. Dari sini kami jadi tertarik untuk mencari tahu lebih tentang keragaman tarian diindonesia.

'Teh banyak banget yah keragaman tarian Indonesia!"

"Iya, yang kita lihat ini baru sebagian kecil."

Vina pun nampak kebingungan.

"Oh iya ?"

Akupun tertawa, dan memberitahunya.

"Hahaha, kamu tau ga vin? Berapa jumlah banyak suku Indonesia?"

Dia pun menggeleng.

"Jumlah adalah 1.340 suku bangsa, coba kamu bayangkan seandainya dari satu suku bangsa itu ada 10 tarian, banyak sekali bukan?"

Tampaknya adikku tambah bingung sekaligus terkesan, karena ternyata keragaman di Indonesia itu sungguh banyak.

"Coba tari tradisional apa aja yang kamu tahu?"

"Ada tari saman yang waktu itu pembukaan Aisan Games."

"Hahaha bukan, itu bukan tari saman, itu namanya Tari Ratoeh Jaroe, walau terlihat mirip tapi itu bukan tari saman" jawabku.

"Oh ternyata seperti itu."

"Apalagi coba selain kedua tari yang tadi?"

"Kalau aku lihat di internet ya teh, ada Tari Pendet dari Bali, Tari Piring dari Sumatera Barat, Tari Yapong dari Betawi, Tari Andun dari Bengkulu, Tari Bambangan Cakil dari Jawa Tengah."

"Yang kamu baru sebutin itu baru sebagian kecil aja"

"Iya ya teh, saking banyak banget keragaman tarian di Indonesia."

"Iya, karena itu kita sebagai bangsa Indonesia harus bangsa akan hal ini, dan juga tidak boleh melupakan sebuah warisan dari nenek moynag yang sudah memberikan keragaman bagi Indonesia."

"Caranya bagaimana?" tanyanya.

"Ya, dengan melestarikannya, mempelajarinya dan menguasainya."

"Setelah, itu?"

"Setelah kamu bisa menguasainya, kamu bisa memperkenalkan tarian tersebut kepada dunia sekaligus bisa mengajak teman-temanmu untuk belajar tradisional."

"Wah asik ya teh, aku mau seperti itu!"

"Tentu saja kamu bisa, asalkan rajin berlatih dan disiplin."

Sudah tak terasa waktu sudah hari sudah semakin sore.

"Bentar lagi udah mau maghrib, hayu kita masuk!" ucapkan sambil menarik tangan adikku.

"Hayu teh!!"


No comments:

Post a Comment