Cerpen : Cinta Seorang Gadis Untuk Alam




“shh..shhh”
Terdengar suara  air laut dari pantai saat berjalan sepulang sekolah, ya beginilah anak daerah surganya kami adalah alam.
                                                                       ***
            “Ibuu, Fia sudah pulangg!!” ujarku.
            Aku masuk ke kamar untuk sedikit merebahkan diri dan berganti baju, “Fiaaa cepat kalau sudah bantu ibu ini potong bambu!!” sahut Ibu. Padahal baru saja sampai  sudah di suruh ibu saja “ Iyaaa!! Bu ”.
            Setiap pulang sekolah memang seperti ini, membantu ibu untuk memotong bambu yang nantinya akan dijual untuk dijadikan berbagai macam peralatan rumah tangga, nantinya juga untuk membayar sekolahku “ Ibuuu sudahh selesai yaa, Fia mau pergi dulu!!”
            “Iyaa hati-hati !!!”
                                                                        ***
            Sebagai anak daerah tentu aku sangat senang dan bahagia, kami memiliki semuanya dari alam yang indah, udara sejuk, teman-teman yang asik sampai keperluan hidup kami pun sudah ada disini semua tanpa harus membeli mahal-mahal, karena biasanya kami semua hanya perlu menanamnya di belakang rumah dan jika sudah, tinggal kami panen sesuai kebutuhan. Cukup sesederhana itu menjadi anak daerah.
            Setelah berjalan, akhirnya aku sampai ke tempat Pak Mun biasanya aku ikut membantu Pak Mun untuk menjaga pantai “ Assalamualaikum Pak. Fia ikut bantu bapak jaga pantai lagi yah!!”
            “ Waalaikumsalam, yasudah silahkan saja tapi kamu sudah bilang Ibumu kan? Bapak takut dimarahi lagi seperti kemarin” dengan wajah tuanya yang sedikit kelelahan.
            “ Hehehe, tenang Pak, Fia sudah bilang ke Ibu kok!”
            “ Yasudah ayo ikut bapak!”
            “Ayoo Pakk!!”
            Pantai yang akan ku jaga ini adalah Pantai Ngurtafur. Pantai Ngurtafur adalah salah satu pantai kebanggaanku dan pastinya warga Maluku yang lainnya, terletak di Kepulauan Kei. Pantai ini memiliki pasir timbul di tengah laut biru yang cantik dan jernih sepanjang 2 km jauhnya. Untuk sampai kesana bisa menggunakan kapal motor seperti aku dan Pak Mun. Disana juga ada salah satu penyu langka dan sangat dilindungi yang bernama “Tabob” atau bisa bertemu burung pelikan ketika sedang bermigrasi. Sungguh aku sangat bangga dan sangat mencintai alam yang satu ini.
            “Heh!! Kenapa melamum dek Fia?”
            “Ahh tidak Pak, Fia hanya ingin bersyukur dan menikmati alam, Fia harap Fia bisa menjaga alam disini dan mampu memberitahu dunia bahwa ada surga yang sangat nyata disini” sahutku.
            “Iya dek, Pak Mun doakan ya.”
            “Hahaha, makasih ya Pak.”
                                           Kapal Motor Pantai Ngurtafur via indonesia.

Pantai Ngurtafur via dantoadityo.com

                                                                        ***
            Aku dan Pak Mun berkeliling untuk patroli dan mencari sampah bila ada. Hampir setiap hari kegiatanku seperti ini, membantu Pak Mun untuk menjaga Pantai Ngurtafur. Sebagai seorang remaja memang seharusnya seperti ini, sudah saatnya berganti peran dengan yang sepuh seperti Pak Mun.
            “Dek Fia istirahat dulu, ada halua kenari.”
            “Wiiih, iya pak sebentar.”
            Aku dan Pak Mun menikmati indahnya Pantai Ngurtafur ditemani dengan halua kenari yang manis, sampai tak ingat waktu sudah hampir malam. “Pak Mun, Fia harus cepat pulang!” wajahku yang kaget karena lupa waktu.
            “Yasudah, hayu cepat naik ke kapal.”
***
            “ Pak Mun!! Fia duluann yaa” sahutku sambil berlari untuk pulang kerumah.”
            “Ehh hati-hati dek!!”
            “Iya Pak!!” jawabku yang sedang belari sambil melihat arah Pak Mun.
                                                                        ***
            “huh huh huh” nafasku yang terengap-engap setelah berlari dengan sangat cepat, akhirnya sampai dirumah juga.
            “Assalamualaikum Bu,” wajahku yang bingung setelah melihat ada seorang bapak-bapak memakai baju yang sangat rapi, dan tersenyum padaku “ Ini dek Fia kan?”
            “Iya Pak ada apa? Ini ada apa Bu?”
            “Sudah sini duduk dulu dan dengarkan.”
            “Jadi begini dek, saya di suruh menyampaikan pesan dari Bapak Kepala daerah, untuk menjadikan adik ini sebagai duta pelestarian alam, yang nantinya akan banyak kegiatan untuk melestarikan dan menyebarluaskan alam disini kepada khalayak umum” sambil memberikan surat tugas dari Bapak Kepala Daerah.
            Seketika aku kaget, padahal barusan saja aku bercerita tentang mimpi ini kepada Pak Mun. Tiba-tiba setelah itu aku dapat mimpi itu, tapi aku yakin untuk mendapatkan ini tidak semudah itu, setelahnya ada sebuah tanggung jawab besar yang di pecayakan kepadaku, aku masih sedikit meragukannya padahal sudah jelas ada suratnya “Hah! Beneran ini Pak, kenapa harus saya Pak?
            “Karena dedikasi kamu untuk lingkungan alam selama ini sangat bagus dan kami pikir, kami harus mengapresiasi usaha kamu untuk menjaga lingkungan alam disini, siapa yang tidak tahu dengan dek Fia? Si gadis yang mencintai lingkungan alamnya”
            “Hahaha Bapak bisa saja, tapi mmmm, Fiaa senangg Buu, mimpi Fia terwujud tapi Fia tidak akan cepat puas dan Fia harap, Fia mampu untuk diberi tanggung jawab sebesar ini, Fia terimakasih untuk semuanya.” Mataku yang mulai merah dan meneteskan air mata rasa senang yang tidak bisa aku pungkiri sebelumnya.
            “Selamat ya nak! Ibu turut senang.” Ibu yang memelukku dan sedikit berbisik.
                                                                        ***
            Mimpi ini memang tidak besar dan juga tidak terlalu hebat. Tapi bagiku ini adalah mimpi yang mampu memberikan banyak manfaat untuk orang-orang disekitarku terutama untuk Maluku dan Indonesia, aku hanya ingin menjaga alam yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan untuk Maluku dan Indonesia. Aku harap aku mampu untuk melestarikan, menjaga dan memberitahu kepada semua orang hingga ke mancanegara bahwa disini ada surga yang nyata, dan indah.

No comments:

Post a Comment